A.
Pendekatan
Interdisipliner adalah
pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai
sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna secara terpadu. Dalam
pemecahan masalahannya di bidang ekonomi dengan interdisipliner hanya dengan
satu ilmu saja yang serumpun.
Dari sudut ekonomi mikro di antaranya : dalam
lingkup kecil “Rumah tangga” yang tidak sedikit para rumah tangga mengalami
permasalahan ekonomi khususnya pada masalah kemiskinan, yang cara pemecahan
masalahnya dengan salah satunya mencari pekerjaan yang menjanjikan, bekerja
keras, tidak putus asa, tidak boros dalam artian tidak besar pasak dari pada
tiang : besar pengeluaran dari pada pendapatan.
Dari sudut ekonomi makro diantaranya : dalam lingkup
luas “Pemerintah” yang pernah pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikan BBM
(bahan bakar minyak) dengan tujuan tertentu, tetapi bagi para masyarakat
kebijakan tersebut tidak lah sesuai dengan kemampuan masyarakat, khusunya
masyarakat awam/kecil. Sehingga kemiskinan pun semakin merajalela. Pemecahan
masalahnya dengan pemerintah harus bisa melihat kebawah (masyarakat kecil), dan
sejahterakan masyarakat.
B.
Pendekatan
Multidisipliner adalah
pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan berbagai sudut
pandang banyak ilmu yang relevan. Jadi dalam pemecahan masalah ekonomi dengan
menggunakan ilmuilmu lainnya yang relevan.
Dari sudut ilmu ekonomi, Ilmu ekonomi adalah suatu
studi tentang bagaimana langkahnya sumber-sumber dimanfaatkan untuk memenuhi
keinginan-keinginan manusia yang tidak terbatas. banyaknya “kemiskinan” khususnya di Negara
kita Indonesia, yang sulit untuk dipecahkan, karena kemiskinan itu semakin
berkembangnya Negara semakin banyak kemiskinan. Dan juga di Indonesia semakin
banyak penduduk dan semakin banyak tingkat kelahiran di setiap
tahunnya,sehingga terjadi kepadatan penduduk di Indonesia, masalahnya semakin
banyak warga Negara Indonesia semakin berkurang sumber daya Alamnya sehingga
menjadi tidak seimbang,antara kebutuhan dan manusiannya.
Dari sudut ilmu psikologi, Ilmu psikologi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku-perilaku manusia. Contohnya seperti di karawang
secara psikologis apabila sudah panen beras, maka dalam penggunaan uangnya
secara boros, menghambur-hamburkan uang, tidak sesuai dengan keperluan, itupun
menjadi salah satu faktor ekonomi yang dapat menimbulkan kemiskinan, cara
memecahkan masalahnya yaitu dengan Rasional, Hemat, jangan boros, mengguanakan
uang seperlunya.
Dari sudut ILmu politik, Ilmu politik adalah cara
untuk mencari dan mempertahankan kekuasaannya, dalam permasalahan ekonominya,
pemerintah tidak jarang membangun kantor
baru, membangun bangunan yang tidak begitu di perlukan dalam artian maka
pemerintah telah berlaku tidak rasional, menghambur-hamburkan uang rakyat,
sehingga itulah salah satu faktor dari ilmu politik yang dapat menimbulkan
masalah kemiskinan, solusinya yaitu dengan merubah perilaku pemerintah yang
tadinya berlaku konsumtif menjadi rasional/hemat.
Dari sudut Ilmu sosiologi, Ilmu sosiologi adalah
mempelajari perilaku manusia dalam kelompok-kelompok yang dapat dilihat dari
bagaimana cara berinteraksi. Masalah ekonominya seperti dalam pendidikan, tidak
sedikit orang yang memprioritaskan pendidikan, khususnya bagi masyarakat awam,
yang lebih mementingkan bekerja di bandingkan belajar samapi tingkat tinggi,
karena salah satu faktornya yaitu tidak mampub dalam hal financial, cara
pemecahannya yaitu seharusnya lebih mengutamakan pendidikan untuk masa depan.
Tetapi apabila ingin menyeimbangkan antara bekerja dengan belajar,boleh untuk
bekerja dahulu untuk membiayai pendidikannya,lalu memprioritaskan
pendidikannya.
TEORI DAN PENDEKATAN MASALAH
KEMISKINAN
Ada
banyak teori tentang kemiskinan, namun menurut Michael Sherraden (2006:46-54)
dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yang saling bertentangan dan satu
kelompok teori yang tidak memihak (middle ground), yaitu teori yang memfokuskan
pada tingkah laku individu (behavioral), teori yang mengarah pada struktur
social, dan yang satu teori mengenai budaya miskin.
Menurutnya
Teori yang memfokuskan pada tingkah laku individu merupakan teori tentang
pilihan, harapan, sikap, motivasi dan capital manusia (human capital). Teori
ini disajikan dalam teori ekonomi neo-klasik, yang berasumsi bahwa manusia
bebas mengambil keputusan untuk dirinya sendiri dengan tersedianya
pilihan-pilihan. Perspektif ini sejalan dengan teori sosiologi fungsionalis,
bahwa ketidak setaraan itu tidak dapat dihindari dan diinginkan adalah
keniscayaan dan penting bagi masyarakat secara keseluruhan. Terori perilaku
individu meyakini bahwa sikap individu yang tidak produktif telah mengakibatkan
lahirnya kemiskinan.
Teori Struktural yang bertolak belakang dengan terori perilaku memandang bahwa
hambatan-hambatan structural yang sistematik telah menciptakan ketidaksamaan
dalam kesempatan, dan berkelanjutannya penindasan terhadap kelompok miskin oleh
kelompok kapitalis. Variasi teori structural ini terfokus pada topic seperti
ras, gender atau ketidak sinambungan geografis dalam kaitannya atau dalam ketidakterkaitannya
dengan ras.
Teori
budaya miskin yang dikembangkan oleh Oscar Lewis dan Edward Banfield ini
mengatakan bahwa gambaran budaya kelompok kelas bawah, khususnya pada orientasi
untuk masa sekarang dan tidak adanya penundaan atas kepuasan, mengekalkan
kemiskinan di kalangan mereka dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Menurut
Michael Sherraden bahwa dalam berbagai bentuk, teori budaya miskin ini berakar
pada politik sayap kiri (Lewis) dan politik sayap kanan (Banfield). Dari sayap
kiri, perspektif ini dikenal sebagai situasi miskin, yang mengindikasikan bahwa
adanya disfungsi tingkah laku ternyata merupakan adaptasi fungsional terhadap
keadaan-keadaan yang sulit (Michael Sherraden : 2006, Parsudi Suparlan : 1995).
Dengan kata lain kelompok sayap kiri cenderung melihat budaya miskin sebagai
sebuah akibat dari struktur social. Sebaliknya kelompok sayap kanan melihat
tingkah laku dan budaya masyarakat kelas bawah yang mengakibatkan mereka
menempati posisi di bawah dalam struktur social.
Ada
dua pendekatan yang dapat digunakan dalam studi tentang kemisinan, yaitu “Pedekatan
Obyektif dan Pendekatan Subyektif”. Pendekatan obyektik yaitu
pendekatan dengan menggunakan ukuran kemiskinan yang telah ditentukan oleh
pihak lain terutama para ahli yang diukur dari tingkat kesejahteraan sosial
sesuai dengan standart kehidupan, sedangkan Pendekatan subyektif
adalah pendekatan dengan menggunakan ukuran kemiskinan yang ditentukan oleh
orang miskin itu sendiri yang diukur dari tingkat kesejahteraan sosial dari
orang miskin dibandingkan dengan orang kaya yang ada dilingkungannya. Seperti
diungkapkan oleh Joseph F. Stepanek, ed. (1985) bahwa pendekatan subyektif
menilai kemiskinan berdasarkan pendapat atau pandangan orang miskin sendiri.
Pendekatan
obyektif atau sering juga disebut sebagai pendekatan kesejahteraan (the welfare
approach) menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang harus dipenuhi
agar keluar dari kemiskinan. Dengan menggunakan pendekatan obyektif banyak
ditemukan berbagai dimensi pendekatan yang digunakan oleh para ahli maupun
lembaga.